Per Akhir April 2024, IHSG Melemah 0,58% (ytd)
Thursday, May 02, 2024       12:52 WIB

Ipotnews - Tekanan arah suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve dan konflik geopolitik di Timur Tengah, telah membuat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) mengalami pelemahan 0,58% sejak akhir tahun 2023 - akhir April 2024.
Mengutip data Ipotnews, IHSG pada akhir tahun lalu ditutup pada level 7.272,80. Memasuki tahun ini, IHSG sempat menguat ke level 7.359,76 atau menguat 1,20% pada 4 Januari 204.
Namun sesudah itu IHSG segera terjerembak hingga level 7.137,09 atau turun 1,87% pada 26 Januari 2024. Setelah itu, IHSG mulai bergerak bangkit hingga mencapai titik tertinggi pada 14 Maret 2024 di level 7.433,31 atau naik 2,21%.
Sayangnya, sesudah itu IHSG kembali terus menerus merosot hingga ke titik terendah pada 26 April 2024 di level 7.036,07 atau turun 3,25%.Terakhir, IHSG bergerak menurun sampai perdagangan terakhir bulan lalu pada Selasa (30/4) di level 7.234,20, atau melemah 0,58% dibanding akhir tahun lalu.
Praktisi pasar modal dan Dosen Magister Ekonomi Atma Jaya dan Trisakti, Hans Kwee mengatakan memang setidaknya ada dua faktor utama yang menekan pergerakan IHSG sepanjang tahun berjalan. "Faktor utamanya adalah ekspektasi pelaku pasar yang menurun drastis terhadap besaran penurunan suku bunga acuan Federal Reserve tahun ini," kata Hans saat dihubungi Ipotnews, Kamis (2/5).
Semula di awal tahun pelaku pasar memperkirakan suku bunga the Fed bisa turun hingga enam kali atau berkisar antara 150 - 160 basis poin. Namun perkembangan data perekonomian AS yang lebih kuat dari perkiraan dan inflasi yang membandel, membuat ekspektasi ini sekarang tinggal 35 bps, atau cuma sekali penurunan suku bunga.
Faktor kedua adalah konflik geopolitik di Timur Tengah. Belum reda konflik di Gaza antara Israel dengan Hamas, kini Iran juga terseret konflik dengan Israel. Ini memicu ketidakpastian ekonomi global dan harga minyak dunia yang naik.
"Ini menjadi sinyal buruk bagi aset - aset berisiko. Sehingga terjadi capital outflow dari pasar obligasi dan pasar saham Indonesia. Tidak heran jika kurs rupiah tertekan dan IHSG melemah," pungkas Hans.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM